XP Boost

Written By Rania Naura

Published on

DevOps Life Cycle: Cara Kilat Bikin Software!

DevOps Life Cycle: Cara Kilat Bikin Software!

DevOps jadi software yang keren banget, karena bukan cuma bantu buat sederhanain kerjaan, tapi juga yang nggabungin peran antara Developer (Dev) dan Operation (Ops), yang juga dukung tim kamu buat jadi makin komunikatif dan kolaboratif. DevOps punya life cycle nya sendiri biar projek yang mau kamu buat jadi tertata. Yuk, kenalan lebih jauh sama DevOps life cycle.

Apa Itu DevOps Life Cycle?

DevOps life cycle itu serangkaian tahap yang nggabungin proses pengembangan (Dev) dan operasional (Ops) buat bikin, ngetes, nge-deploy, dan mantau software secara terus-menerus, biar rilisnya cepet, kualitasnya oke, dan selalu up-to-date. Di dalamnya ada beberapa fase, kayak planning, coding, testing, deployment, monitoring, dan feedback.

Dengan ngegabungin dua disiplin yang biasanya terpisah ini, DevOps bikin tim lebih kompak, gesit, dan terus berinovasi, jadi perusahaan bisa ngirim software berkualitas tinggi dengan lebih cepat dan efektif. Di DevOps life cycle, ada beberapa tahapan penting dalam bentuk siklus yang dilakuin terus-menerus.

DevOps Life Cycle

Plan

Di fase ini, tim kerja bareng sama stakeholder bisnis buat nentuin kebutuhan proyek dan fitur-fitur yang bakal dikerjain. Tujuannya, biar semua orang paham jelas apa yang dibutuhin dan diharapin sama stakeholder. Di sini, tim bikin roadmap, nentuin milestone, dan set target proyek.

Code

Tim development bakal mulai nulis kode buat aplikasinya. Mereka lakuin praktek terbaik biar kodenya berkualitas, gampang di-maintain, dan gampang buat testing. Tim biasanya pake sistem versi kontrol kayak Git buat ngatur codebase. Contohnya, tim bisa pake IDE kayak Visual Studio Code atau Eclipse buat nulis dan debug kode yang mereka bikin.

Build

Setelah kode ditulis, kodenya bakal dikompilasi dan dibangun jadi file eksekusi atau paket. Fase ini termasuk tugas kayak kompilasi kode, jalanin unit test, dan nge-package aplikasi.

Tools yang dipake biasanya itu Jenkins atau GitLab buat otomatisin proses build, biar setiap perubahan kode bisa langsung diintegrasiin dan dites secara rutin.

Test

Kalo build-nya udah kelar, langkah selanjutnya adalah nge-deploy ke test environment buat ngejalanin berbagai tes, kayak user acceptance test, security test, integration testing, performance testing, dan lain-lain. Tes-tes ini dilakuin pake tools kayak JUnit atau Selenium buat mastiin kualitas software tetap terjaga.

Rilis

Di fase ini, kode aplikasi udah dicek habis-habisan buat siap rilis ke production. Kalau semua syarat udah terpenuhi dan masalah yang ada udah diatasi, proyek lanjut ke tahap deployment. Tim biasanya pake tools kayak Jenkins atau Bamboo yang ngotomatisasi seluruh proses release, jadi lebih efisien.

Deploy

Di fase deploy, aplikasi dipasang di environment yang udah ditentuisn, bisa itu stage, UAT, atau production. Ini melibatkan penyiapan infrastruktur, konfigurasi environment, dan nge-deploy kode aplikasi.

Misalnya, tim bisa pake alat otomatisasi deployment kayak Ansible atau Chef buat nyebarin aplikasi ke berbagai environment. Selain itu, tools kayak Kubernetes dan Docker dipake buat bikin pipeline Continuous Deployment buat containerization dan orkestrasi.

Operate

Nah, di tahap ini, aplikasi bakal terus dipantau dan dirawat di lingkungan produksi. Tim operasional ngawasin performa, ketersediaan, dan keamanan aplikasi, juga ngerespon masalah atau kejadian yang muncul. Mereka pake tools kayak Chef.

Monitor

Monitor itu jadi fase yang terakhir – di mana aplikasi bakal terus dimonitor dan di-maintain di production environment. Tim developer bakal monitor performa, ngelacak perilaku pengguna, dan nanganin masalah yang muncul.

Alat monitoring kayak Grafana, Datadog, dan ELK stack (Elasticsearch, Logstash, Kibana) ngasih visualisasi, notifikasi, dan dashboard biar kita bisa proaktif buat mantau dan nanganin masalah.

7C di DevOps

7C di DevOps - onxp blog

7C di DevOps itu konsep yang gambarin tujuh elemen kunci yang terintegrasi di DevOps life cycle buat mastiin proses pengembangan dan operasional yang efisien. Coba cari tahu 7C di DevOps di bawah ini.

Continuous Development

Proses ini jadi langkah penting buat nentuin visi dari seluruh proses software development. Fokus utamanya ada di perencanaan proyek dan coding.

Tim development bakal terus nulis kode, nguji, dan update kode sesuai kebutuhan proyek atau perubahan feeback pengguna. Fase ini penting biar software bisa terus dikembangin dan lebih sempurna, jadi bisa dirilis kapan pun.

Tools yang dipake: Nggak ada tools khusus, tapi biasanya pake tools buat maintenance kode kayak GitLab, GIT, TFS, SVN, Mercurial, Jira, BitBucket, Confluence, dan Subversion.

Continuous Integration

Nah, di tahap ini, continuous integration jadi yang paling penting dalam siklus DevOps. Di sini, kode yang udah di-update atau fitur baru ditambahin dan digabungin ke kode yang udah ada.

Integrasi jadi proses berkelanjutan, di mana kode dites dulu sebelum commit, yang juga butuh perencanaan. Terus, setiap level unit testing selama fase ini bantu buat nemuin dan identifikasi bug di kode, jadi kode sumbernya bisa di-update sesuai kebutuhan.

Tools yang dipake: Biar workflow proyek lebih lancar dan produktif, tim DevOps pake tools kayak Jenkin, Bamboo, GitLab CI, Buddy, TeamCity, Travis, sama CircleCI.

Continuous Testing

Di Continuous Testing, Quality Analyst (QA) bakal tes software pake Docker containers buat ngecek ada atau nggaknya bug atau masalah. Kalo ada bug, kodenya bakal dibalikin ke fase integrasi buat dibenerin lagi. Continuous Testing juga ngebantu nge-improve laporan tes dan ngurangin biaya buat ngatur dan maintain environment tes.

Tools yang dipake: Buat continuous testing, tools yang dipake itu JUnit, Selenium, TestNG, sama TestSigma.

Continuous Deployment

Continuous Deployment di DevOps life cycle tuh bagian di mana kode yang udah lolos testing langsung di-deploy ke produksi secara otomatis. Jadi, tiap kali ada perubahan kode yang udah disetujui dan dites, bisa langsung masuk ke aplikasi yang dipake user tanpa perlu campur tangan manual.

Tools yang dipake: Biasanya, tools kayak Jenkins, Kubernetes, atau Docker dipake buat jaga biar tiap rilis fitur atau perbaikan bug bisa segera dilakuin.

Continuous Feedback

Jaga komunikasi dan masukan secara berkala itu udah pasti penting banget, kan? Nah, di tahap ini, antara tim development, tim operasional, dan pengguna berusaha jaga dua hal penting itu selama proses pengiriman software.

Tujuannya biar setiap tahap—mulai dari planning, coding, testing, sampe deployment—selalu dapet update dari real-user, data performa, dan feedback user.

Tools yang dipake: Tim DevOps pake Pendo dan Qentelli’s TED buat analisis dan nge-track seluruh proses DevOps.

Continuous Monitoring

Tim DevOps terus-terusan memonitor aplikasi dan infrastruktur biar semuanya lancar. Hal-hal yang terus dipantau itu mulai dari performa, ketersediaan, sampe keamanan aplikasi biar bisa cepet diperbaiki kalo ada masalah.

Tools yang dipake: Alat monitoring yang sering dipake kayak Grafana, Datadog, dan ELK Stack (Elasticsearch, Logstash, Kibana).

Continuous Operations

Di fase ini, tim DevOps pastiin semua server, aplikasi, dan layanan berfungsi dengan baik dan siap dipake oleh pengguna. Mereka juga cepet tanggap kalo ada masalah atau gangguan, kayak downtime atau bugs yang muncul. Tujuannya buat jaga aplikasi dan infrastruktur tetap berjalan dengan lancar setelah dideploy.

Tools yang dipake: Di sini, Kubernetes dan Docker Swarm dipake buat ngatur kontainer biar aplikasi tetep pada dan proses deployment jadi lebih cepet.

DevOps tools - onxp blog

Setiap tahap di DevOps life cycle tuh penting banget buat pastiin software yang kamu bikin jadi berkualitas tinggi dan siap dipake user. Jangan lupa, tools-tools yang dipake di tiap fase juga ngejaga biar semuanya berjalan lancar dan mulus. Pokoknya, DevOps bikin semuanya lebih gampang, cepet, dan teratur!

Mau bikin software kamu cepet dan efisien? Mending belajar dulu bareng ahlinya di OnXP!

Yuk ikutan kelasnya!

Dalam misi menyediakan akses pendidikan berkualitas dan inklusif

Tentang

OnXP Logo

OnXP menyediakan tempat belajar teknologi dengan biaya terjangkau dan cocok buat pemula. Kurikulum kami dirancang khusus untuk pemula, dengan materi yang mudah dipahami dan dukungan penuh dari para fasilitator.